Kamis, 21 April 2011

PANORAMA pantai selatan blitar

Kalau kita meluncur dari Kota Blitar ke arah selatan, dan terus ke selatan Kecamatan Bakung, maka tidak jauh dari kantor kecamatan kira-kira 5 kilo meter ketemulah anda dengan Pantai yang masih perawan, indah dan nyaman untuk beristirahat. Udara sejuk dan panoramanya tidak membosankan. Berkeluarga atau dengan rombongan teman, atau sendirian, yaaa bolehlah.....!


Wahibi hot spot kemarin kan lagi liburan jadi yaaa refreshing lah bersama seluruh keluarga ke pantai itu. Wah..... ternyata indah nian.

Kalau yang satu ini kita bisa istirahat, makan-makan, minum, bercengkerama dan lain-lain. Ada sedikit pohon untuk berteduh menghirup angin sepoi. Asyiiikk..............

Jumat, 15 April 2011

indahnya sebelum MATAHARI TERBIT

        RUMAH tinggal kami untuk bernaung, dikala  masih remaja, tepatnya di padukuhan SEMBORO BABATAN SIDODADI, Jl. Bromo RT VII/39, itu rumah milik Kak IZ Sumaji/Musripah,   sekarang berada dikawasan Desa Sidomekar-Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember. Beliau ini cucu dari mBah Haji Mansur, Desa Umbulrejo, Kec. Umbulsari, Kab. Jember, dari keturunan Bapak kami Tukiran / Supiyanah.

         Yang tak terbayangkan, jika pagi kami pasti berkumpul. Lho ....apa hanya setiap pagilah kami bersaudara dapat berkumpul secara komplit. Ia, maksudnya cuma pagi saja kami bisa berkumpul didapur untuk masak-masak bikin persiapan "sarapan". Setelah itu......., ya tentunya hengkang ke tempat tugas masing-masing, sekolah, kesawah, keteman-teman dan kemanalah............, menurut kesibukan masing-masing.
          Begini lho kisah lengkapnya, doeloe kan kira-kira tahun 1976-an, keponakan penulis naskah ini,  kedua orang tuanya kan lagi ikutan transmigrasi ke Pulau Sumatra, jadi selanjutnya lantas aku temani mereka-mereka dirumahnya. Jadi....., aku serumah dengan mereka. Dan saat itu keponakan-keponakan semuanya masih sekolah, ada yang di SD, SMP , SMA dan ada yang diperguruan tinggi. Pokoknya asyiklah. Ya semuanya..., semuanya masih sekolah, masih inilah dan  itulah, masih butuh bimbingan, masih butuh informasi macem-macem, masih butuh kelengkapan ini-itu dan sebagainya.
         Jikalau diwaktu sore tiba, belum tentu semuanya bisa berkumpul dirumah, masih ada saja yang belum nampak pulang, cuma sayangnya waktu itu, dikala tahun 1976, belum ada HP, jadi kemana, pulang jam berapa, tidak taulah......! Sebaliknya penulis naskah ini; berada dirumah cuma 9 jam saja, yaitu mulai jam 23 sampai dengan jam 07 pagi, setelah itu ya hengkang dari rumah, sama dengan keponakan-keponakan.Akan tetapi jikalau dilihat tampilan foto-foto dokumen masa lalu, semuanya giat membaca, belajar, dan berusaha. Memang nampaknya adik-adik ini punya moto "sekali belajar, terus belajar, terus belajar dan terus belajar", dan semboyan ini baru bisa dilihat hasilnya sekarang. Betapa gigihnya perjuangan mereka terhadap pendidikan.
          Namun jikalau pagipun tiba, maka nampaklah kesibukan yang sama, tujuannya sama, punya maksud sama, punya keinginan sama, memiliki hati yang sama, yaitu masak-masak. Di pagi itu tampak ada kerjasama yang saling membantu dan melengkapi. Maka penulis katakan bahwa disaat pagi itulah ada waktu yang paling indah sebelum matahari terbit. Namun sayang masak-masak ini tidak merupakan kegiatan rutin tiap pagi, tapi hanya kadang-kadang saja. Makdsudnya jikalau selagi ada yang dimasak dan selagi pingin punya kesibukan yang bersifat hiburan. Jadi kalau makan yang rutin sudah disiapkan dirumah neneknya.
           Ada teman yang memberikan masukan bahwa didiklah sejak dini sebelum terlambat, atau dengan kata lain  berilah siraman nasehat selagi masih berkumpul. Itulah sekelumit goresan pena penulis yang memberikan makna indahnya sebelum matahari terbit.
 
       
             ----:penulis naskah dan kolektor:  mbah sakrip:----

Senin, 11 April 2011

SEMBORO yang kuingat.........

 DESA SEMBORO, persisnya sekarang kecamatan Semboro - Kabupaten Jember, Jawa Timur. Jika ditempuh dari Kota Tanggul cuma 5 Km saja, bisa naik Becak atau Dokar. Jika diukur dari Kota Jember masih 40 Km ke arah barat, bisa naik Bis atau Colt turun di Pasar Tanggul, lalu keselatan. Mengenai asal-usul nama desa Semboro Pak Haji Yakup dan Pak Suwardi Tanggul Kulon bercerita: "Begini, dulu tempat tinggal njenengan itu daerah  orang Tanggul dan mana saja cari kerja, basa jawanya "ndarung", sehingga orang-orang sini mengatakan bahwa tempat tiu dinamai desa Pendarungan. Kemudian dalam perkembangannya datanglah pedagang-pedagang dari berbagai daerah lain utamanya dari Kediri, Jogjakarta dan lain-lain, mereka mengatakan ditempat itu dengan maksud "boro", artinya bekerja setelah dapat hasil, lalu pulang, kembali kedaerah asalnya. Lama-kelamaan para pedagang itu ada semacam adaptasi dengan tempat njenengan, hingga akhirnya malas kembali kedaerah asal. Orang Jawa mengatakan "kesengsem olehe boro" sehingga tak pulang kampung. Waktu ada pemekaran wilayah Tanggul ini maka ditetapkan tempat njenengan itu di beri nama "SEMBORO". Penulis naskah ini dan kawan saya Pak Suwaki dan Pak Sukardi(Semboro Lor) terkesima mendengarkan al-kisah tersebut : "Ooo ngaten ta Pak Haji. Alhamdulillah dene kok semerap critane".
           Lokasi Desa Semboro sangat luas, dikala itu luasnya 30 Km. Dengan didukung 7(tujuh) padukuhan, Padukuhan Semboro Pasar termasuk Kendalan, Padukuhan Semboro Kidul  termasuk Semboro Kulon, Semboro Kamaran termasuk Loji Lingkungan PG Semboro, Semboro Lor termasuk Mucukan (barat), Semboro Tengah termasuk Semboro Beteng, Semboro Besuki dan Semboro Babatan Sidodadi. Jikalau penulis naskah ini lagi mengadakan inspeksi wilayah, nyampai kembali ke kantor desa spidometer sepeda motorku bertambah 200 (duaratus).
          Warga Desa Semboro dalam perkembangan lebih lanjut ternyata lebih maju jika dibanding dari warga desa sekitar. Pembangunan bidang apa saja, sektor mana saja, pokoknya semuanya tidak pernah berhenti membangun. Mulai dari pembangunan Jalan , Pos Keamanan, tempat Pendidikan, tempat-tempat Ibadah, pertanian dan semuanyalah, merata.
           
                Warga Desa Semboro 90% petani, sedang yang 10% PNS, pegawai swasta, pedagang dan buruh tani. Padukuhannya meliputi Padukuhan Semboro Kidul, Semboro Pasar, Semboro Kamaran dan Semboro Lor.  Lahan pertaniannya cukup luas, memiliki Pasar yang cukup ramai, dan memiliki lahan buah Salak yang sudah dikenal di bebagai kota.  Hasil tani yang diunggulkan Padi, Jagung, Jeruk  serta tanaman ladang yaitu Kelapa. Tanaman umbian kurang diminati mungkin tanahnya yang "becer", sehingga tidak cocok untuk ditanami jenis umbi. 
Pabrik Gula Semboro termasuk dikawasan Desa Semboro, berada dibagian tengah, dekat dengan Dusun Kendalan.
               Gotongroyong, atau yang biasa disebut dengan kerja bareng-bareng (jawa=soyo) itu sudah biasa dilaksanakan oleh warga Desa Semboro, mengerjakan program apa saja selalu ditampakkan kerjasama yang sudah menjadi cirikhas desa ini. Rasa gotong royong warga Semboro masih kental, rasa persatuan dan kesatuan  juga cukup lumayan kuat. Oleh karena itu tidak heran jika semua  apa yang direncanakan  akan berhasil dengan baik, apalagi semuanya dibawah komando para pamong desa dan panitia hasilnya cukup memuaskan.  Jika ditilik secara historis, kerja secara gotongroyong ini awalnya kan dimulai dari misalnya ada tetangga bikin rumah, lalu tetangga-tetangga sekitar ikutlah membantunya, apakah ikutan menata reng, atau genteng dan lain sebagainya. Kemudian ditingkatnya dengan ke penggarapan tanah sawah dan hingga menanamnya dan seterusnya. Yang akhirnya ditingkatkannyalah kepembangunan desa, misalnya bikin jembatan, pengurukan jalan, bikin pos kamling, jaga kampung dan lain-lain.
                Olah raga, mengenai yang satu ini Pemuda Desa Semboro sudah dikenal sejak doeloe. Sepak bola, Volly, Bulu Tangkis, Tenes Meja, Tenes Lapangan, sudah membawa nama desanya. Pernah pada suatu ketika Sepak Bola Gala Desa ditempatkan di lapangan Desa Semboro. Dengan sangat meriah disambut dengan hangat oleh warga sampai-sampai cewek-cewekpun ikutan nonton. Padahal waktu itu cewek belum musim(nggak usum) nonton sepak bola. Apalagi yang namanya pertandingan Bola Volly dan Bulu Tangkis , wouuuw....... sambutan warga Desa Semboro.....sangat meriah....., mulai kakek-nenek hingga cucunya ikut nonton..... dan semangat beneran. Mengenai Club Bola Volly, Semboro sudah punya nama dimana-mana, memangnya sudah sering tour dalam rangka pertandingan persahabatan di berbagai daerah. Hadiah pertandingan tidak usah disoal, bukan Vandel atau Tanda Penghargaan, tapi......Kambing. 
               Seingat penulis, club sepak bola Semboro Lor dipimpin oleh sahabat M. Tohirin dan Imam Khambali, club Semboro Pasar dipimpin oleh sahabat Cak Ramelan. Untuk club Bola Volly  dioimpin oleh sahabat Hartono, Semboro Kidul.

                 Yang tampak dialam foto paling bawah, adalah Taman Kanak-kanak Pertiwi Semboro yang diasuh oleh Bu Sumiatun, Semboro  Kidul dan kawan-kawan, dijepret oleh penulis naskah ini tahun 1978 di depan Kantor Desa Semboro.  

                                               

                           Pak Bowo  dan  Pak Kampung Suwaki disuatu acara

      Saat penyelesaian pembangunan Kantor Desa Semboro, tahun 19777


 
                                      Kantor Kepala Desa Semboro saat ini
                                    -----:penulis dan kolektor mbah sakrip:----- 

Minggu, 10 April 2011

DUSUNKU meminati wisata agro.........?

          DOELOE pada tahun 1976-an petani Desa Sidomekar-Kabupaten Jember sepertinya sudah ada yang memulai menjual hasil taninya, yaitu JERUK dengan sistem konsumen memetik sendiri, memilih sendiri dengan pembelian terbatas di sawah, dikebun Jeruk. Pemilik tanaman cukup menunggu dan menawarkan kekota-kota hanya dengan contoh-jual (monster) kepada calon pembeli. Selanjutnya pembeli dengan bermobil sambil istirahat dan rekreasi datang kekebun jeruk untuk memetik sendiri, memilih sendiri dan menimbang sendiri. Dengan demikian maka pembeli akan merasa lebih puas dan kecanduan.
Mungkin  hanya satu usaha percobaan saja, entah mengapa kok tidak ada kelanjutannya......?. Tidak tahu pasti, apakah petani tidak tlaten, terlalu njlimet tentang transport, wira-wiri, apakah waktu yang tidak memungkinkan. Saya kira mereka ini perlu bantuan pemikiran yang lebih jauh utamanya mengenai Pengelolaan Lokasi dan Pemasaran. Misalnya lokasi (kebun Jeruk) harus dekat jalan raya, tempat parkir kendaraan memadai, mudah dijangkau, keamanan terjamin, buah Jeruk yang ditanam memiliki kualitas super dan lain sebagainya. Sedangkan mengenai pemasaran cukup dibantu dengan iklan-iklan dipinggir jalan raya, atau brosur yang ditebarkan di warga kota dan lain-lain. 
             Sebenarnya jika kerjasama antara petani dan pejabat setempat bagus dan sama-sama meminati untuk usaha semacam itu, tidaklah sulit. Anda mau meminati wisata agro, pasti ada jalan...............



                  -----: penulis, mbah sakrip:-----



Sabtu, 09 April 2011

DUSUNKU yang kukenang..............

          BABATAN SIDODADI, sebelum ada pemekaran, padukuhan tersebut masuk kawasan Desa Semboro, dengan jejuluk Padukuhan Semboro Babatan Sidodadi. Baru setelah ada pemekaran, maka Dusun tersebut mengikut pada Desa Sidomekar dan selanjutnya di sebut dengan Dukuh Babatan - Desa Sidomekar, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember.
           Setahu penulis kepala kampung Padukuhan Semboro Babatan Sidodadi ini dijabat oleh Bapak Sukidi, dan kebayan Bapak Tarmo,  kemudian selanjutnya dijabat oleh Bapak Asmari dengan kebayan Bapak Jamal.  Adapun pada perkembangan lebih lanjut  ada pemekaran desa dengan nama Desa Sidomekar sebagai Kepala Desa terpilih Bapak Gunawan Sakibi, dan beliau terpilih samapai 2( dua ) periode. Sedangkan sebagai kepala kampung padukuhan Babatan di jabat oleh Bapak Jamal.
              Batas-batas Dukuh Babatan :
              Utara                 : Padukuhan Beteng
              Timur                 : Padukuhan Besuki
              Selatan               : Desa Umbulrejo, Umbulsari
              Barat                  : Desa Semboro
        Padukuhan Babatan Sidomekar warganya  memiliki lahan tanah sawah yang cukup luas , 95 % petani, yang 5 % PNS, pegawai swasta dan pedagang.  Tanaman unggulan petani selain Padi, Jagung, Kedelai, Kacang Panjang, yaitu JERUK. Buah jeruk asal Dukuh Babatan - Desa Sidomekar, sudah dikenal oleh konsumen diberbagai kota dengan julukan Jeruk Jember.
         Satu lagi yang membawa nama Dusun Babatan - Sidomekar ini kesohor dikota metropolitan Surabaya dan Jakarta adalah KELAPA. Buah kelapa ini selain juga diambil dari hasil tanaman warga, juga didukung oleh tanaman desa-desa sekitar. Seolah Dusun Babatan - Sidomekar tempat pengepulannya dan selanjutnya diangkut dengan Truk ke tempat tujuan.

          Mengenai pembangunan, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual, ternyata bisa mengikuti padukuhan-padukuhan lainnya, artinya gerak pembangunannya  tidak ketinggalan dan merata diberbagai sektor. . Di padukuhan ini ada berdiri gedung TK,SDN, SLTP dan SLTA, dan tempat-tempat pendidikan agama Islam:  TPQ dan juga banyak Musholla serta Masjid. 
          Pemikiran warganya memiliki tingkat inteligensia yang cukup lumayan, jadi mereka sangat dinamis dan mau diajak maju untuk membangun lingkungannya. Gotong-royong yang merupakan cirikhas warga desa tidak punah seperti dikota-kota. Persatuan dan kesatuan warganya tetap terjaga dengan penuh antusias.       
                     



  
                                         foto suwarto & susilo
                      -----:penulis naskah dan kolektor: mbah sakrip:-----