Minggu, 09 Oktober 2011

KHODIDJAH HATUWE tunaikan ibadah haji ke Makatul Mukarromah .......................

          BISA BERANGKAT menunaikan ibadah haji ke Mekah Al Mukarromah adalah merupakan harapan dan kebanggan tersendiri. Sebab ibadah ini selain niat suci yang terpatri dijiwa setiap ummat Islam, ibadah ini cukup energik artinya selain kuasa sangunya yang berupa uang, juga kuasa fisiknya, kesehatannya apakah cukup mumpuni. Sebab di tanah suci nanti beribadah bersamaan dengan Ummat Islam  sedunia yang beraneka ragam fisik dan  berbeda pula kekuatannya.
          Pagi ini Kemenag Blitar Kota, memberangkatkan Calon Jamaah Haji-nya termasuk kakak iparku Khodidjah binti Kyai Haji Basuni, jalan Seruni - Kota Blitar. Beliau ini bergabung dalam KBIH An-Nahdliyah yang dikelola Nahdlatul Ulama Cabang Kota Blitar dengan kelompok terbang (kloter) 20. Hari ini, Ahad 09 Oktober 2011 rombongan berangkat menuju Penampungan Haji Sukolilo, setelah menginap semalam kemudian berangkat menuju tanah Arab baru besoknya tanggal 10 Oktober 2011  jam 22.35 WIB take of dengan mennggunakan pesawat terbang. SMS dari kakak-ku ternyata tiba di Madinatul Munawaroh King Abdul Azis jam 11.35  WIB. Jadi perjalanan di udara selama 12 jam.
          Jika kita perhatikan gambar diatas, ada dua insan yang lagi makan duduk berdampingan. Keduanya sama-sama Khotijah, yang menghadap lurus camera itu punya nama Khotijah binti Juwahir, asal Nganjuk, di Blitar biasa dipanggil mBak Khot, sedang masyarakat memanggilnya dengan Bu Yasin. Sebab memang beliau ini istri dari Mohamad Yasin bin KH Basuni, dan Pak Yasin ini sudah meninggal dunia sekitar tahun 2000-an.
mBak Khot punya usaha yang cukup dikenal dengan nama Warung Pojok di jalan Veteran barat Rumah Sakit Aminah Kota Blitar. Kalau kita tanya "kapan pergi haji ?", jawabnya singkat saja "insyaallah tahun depan".
          Sedang yang duduk mengesamping camera, tangan kiri menyangga piring, berkerudung merah muda, itulah Khotijah binti KH Basuni, yang biasa dipanggil mBak Tijah.  Nama suaminya almarhum Bapak Abdul Rifa'i Hatuwe asli Ambon Maluku, sehingga mBak Tijah ini masyarakat memanggilnya Bu Rifa'i. Di tanah Ambon nama beliau mendapat tambahan marga yaitu Khadijah Hatuwe. Khotijah binti KH Basuni ini memilih berangkat Haji ke Mekah Al Mukaromah melalui rombongan haji dari Kota Blitar, sebab memang itulah tanah kelahirannya. Semoga sajalah kepergian hajinya benar-benar menjadi haji yang diterima allah SWT, yaitu yang biasa disebut haji mabrur.
          Rombongan haji Kota Blitar tergabung dalam kelompok terbang (kloter 20) yang kembali ke Kota Blitar tepatnya tanggal 19 Nopember 2011, tiba di Juanda Surabaya jam 16.00 WIB, tiba di Kota Blitar Jam 01.00 WIB dan tiba dirumah kediaman lebih kurang jam 02.00 WIB.
          Alhamdulillah Bu Hajah Khodijah  ini ternyata juga selalu masih dalam lindungan Allah SWT, sehat wal afiat, meskipun batuk-batuk sedikit tapi tidak mengapalah, "itu sudah umum" katanya. Dirumah, disambut dengan segenap keluarga,  tawa riang dari semua yang hadir tak terbendung, dan dimalam yang hening itu lantunan do'a Ibu Hajjah Khodijah dikumandangkan dengan suara lembut penuh khitmat, penuh barokah, insyaalloh do'a Bu Hajjah ini dikabulkan olehNYA. Kemudian dilanjutkan dengan bagi-bagi oleh-oleh makanan khas kota Mekah - Madinah. Buah yang bersejarah tak ketinggalan, kurma, tin-tin, zaitun, kacang arab, kismis dan tak terlewatkan minuman mu'jizat Zamzam.

penulis naskah dan kolektor: mBah Sakrip
   

Minggu, 25 September 2011

SEPURKU SEPURMU di pabrik gula semboro jember

Yang tak akan ku lupakan dan selalu terbayang di benakku waktu aku masih sekolah di SMEP Negeri Tanggul hingga SMEA Negeri Jember (Tata Buku) mengenai transportasi dikala itu, yaitu kendaraan menuju ke sekolah. Setiap hari .......dari rumah hingga tempat pos menunggu datangnya sepur, yang oleh kawan-kawan diberi nama Pos Pak Ni di kawasan dusun Kendalan, itu masih sangat pagi, sebab aku dari rumah menuju pos tersebut berjalan kaki.  Sewaktu masih sekolah di SMEP Tanggul, sepur dari Pos Pak Ni, berangkat menuju Tanggul jam 06, tiba di stasiun Tanggul jam 06.30, jadi aku berangkat dari rumah harus jam 05.15.  Kemudian sewaktu aku melanjutkan sekolah di SMEA Neg Jember aku berangkat dari rumah  jam 04 kurang lima belas menit (pagi), hingga dipos Pak Ni lebih kurang jam 04.30. dan sepurpun berangkat menuju stasiun KA  Tanggul jam 04.45, sampai di stasiun Tanggul lebih kurang jam 05.30, sebab Kereta Api dari Stasiun Tanggul menuju Stasiun Jember jam 06 kurang lima belas menit, tiba di Stasiun  Kota Jember lebih kurang jam 06.30. Kemudian dari Stasiun Kota Jember ramai-ramai jalan kaki menuju SMEA Negeri Jember (di Cantikan), lama perjalanan lebih kurang 20 menit. Maka sampailah aku dan kawan-kawan di sekolah dalam keadaan keringat bercucuran, basah-kuyup, antara lain jalan dari stasiun k.a. ke sekolah berjalan dengan menggunakan kecepatan tinggi. Yang aku ceritakan diatas jikalau segalanya lagi normal, artinya bangunku tidak kesiangan, sepurnya tidak lagi terlambat karena ada kerusakan mesin atau terkadang rel sepur lagi direhab. 
     Itu baru berangkatnya, sedangkan pulangnya........nggak tentu, jam berapa harus pulang, jam berapa diperjalanan, tidak bisa dipastikan, bahasa kerennya mengenai pulang sekolah, tiba dirumah tidak bisa diprediksi.  Jikalau keluar dari sekolah jam 13.00 maka sampai di Stasiun KA Jember Kota lebih kurang jam 13.20, dan jika kereta tepat waktu maka berangkat dari Jember Kota Jam 14.00 menunju Sta Tanggul, sampai di Sta Tanggul jam 14.30, tiba dirumah rata-rata jam 16.00. Namun jangan dikira......., hampir setiap hari Kereta Api terlambat, jadi tiba rirumah sering-sering jam 21.00, langsung tidur, sebebab disaat itu televisi belum ada, radio tidak punya....... jadi ya mau apa lagi ?
     Jikalau para pembaca tulisanku ingin tahu model loko nya, ya lihat saja seperti foto diatas yang aku relist dari arsipnya Bang Johan tetanggaku di Semboro Kidul. Sedangkan gerobag nya dari papan kayu jati kuwalitas bagus dan tampak mewah. Jika dicari bandingan mengenai model yang sekarang seperti Kereta Komuter Surabaya-Sidoarjo, tempat duduknya ditepian membujur dari depan ke belakang  dan ditengah juga ada satu deret mebujur dari depan ke belakang pula, jadi jika sepur  lagi melaju para penumpang duduk dalam posisi miring. Pokoknya aku dan kawan-kawan cukup puaslah dan ternyata ikut membantu kelestariannya, ikut merawatnya dengan sepenuh kemampuan kami, meskipun ada teman-teman yang corat-coret dengan fulpennya di dinding-dingding sepur, tapi itu tidak mengganggu kelestariannya. Hingga akhir aku sekolah di SMEA Negeri Jember, aku masih merasakan nikmatnya sepur fasilitas Pabrik Gula Semboro.  
     Aku mengerti setelah aku dewasa, aku baru berfikir........., wuih....... ternyata pikiran orang-orang terdahulu itu  juga canggih-canggih, juga maju.  Seperti bantuan transportsi berupa sepur untuk para pelajar yang   berekonomi lemah seperti orang tuaku ternyata juga diperhatikan oleh pihak pengelola Pabrik Gula Semboro. Ini menunjukkan kepedulian sosial yang benar-benar terealisir dan fakta, aku sendiri ikut merasakan. Jadi tidak hanya pihak keluarga pegawai Pabrik Gula Semboro saja yang mendapat fasilitas khususnya transportasi berupa Bus Sekolah, akan tetapi masyarakat lingkungan Perusahaan pun mendapat perhatian. Kemudian tinggal pihak masyarakat bagaimana merespon fasilitas-fasilitas yang disuguhkan oleh Pabrik Gula. Tentunya semua masyarakan lingkungan Pabrik harus menanggapi dengan posisitip dan antusias. Artinya pihak penerima bantuan harus ikut menjaga, ikut memiliki dan paling tidak ikut memelihara menurut kemampuannya.
     Tidak hanya Sepur untuk sekolah saja yang diperbantukan  untuk masyarakat lingkungan Pabrik Gula, tapi juga Sepur Wisata setahun sekali dari Semboro ke Pantai Puger turun di Grenden. Wah.... ini jikalau saat ini di gugah kembali, sungguh menakjubkan. 



                          Penulis naskah dan kolektor mBah Sakrip
             alumni smea negeri (tata buku) jember lulus tahun 1970 

Selasa, 13 September 2011

TUJUH BELASAN di jalan seruni kota blitar

DISETIAP TAHUN WARGA RW 6 LINGKUNGAN MASTRIP, Kelurahan Kepanjenkidul, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar, tidak pernah absen dari kegiatan rutinnya yaitu memperingati HUT Kemerdekaan  RI. Pada tahun ini  ditahun 2011 mengenai peringatan kemerdekaan RI ke 66 agak istimewa, kegiatan tujuhbelasannya tidak pada Bulan Agustus, tapi diadakan di bulan Juli dan Bulan September, karena di bulan Agustus bersamaan dengan kegiatan Ibadah Ummat Islam yaitu Puasa  Romadlon 1432 H. Tapi tidaklah mengapa mungkin juga sama dengan daerah lain Peringatan HUT Kemerdekaan RI  tahun ini juga diadakan diluar bulan Agustus. Kecuali khusus untuk upacara yang diselenggarakan oleh pemerintah  diadakan tepat tanggal 17 Agustus, sedangkan malam tirakatannya tanggal 16 Agustus, tepatnya tanggal 16 malam 17 Agustus.
    DI RW 6 Lingkungan Mastrip ( Ketua RW periode ini Bapak Umarianto LTH ), Kelurahan Kepanjenkidul, Kota Blitar, pada bulan Juli 2011 sudah terealisir dengan sukses segala kegiatan yang diselenggarakan oleh warga, mulai dari pembentukan Panitia  hingga segala programnya, mulai dari lomba anak-anak, hingga orang dewasa dan tidak ketinggalan Gerak Jalan Jantung Sehat dengan berbagai Doorpris yang menjadi andalan kegiatan Tujuhbelasan, dan kemudian malamnya dilanjutkan dengan Lomba Mendendangkan Lagu-lagu Kenangan yang dipandu dengan electone oleh DIANA GROUP.  Ketua panitia pada HUT RI ke 66 ini adalah Bapak Edy Purwoto, RT 3  RW 6.
     Sedangkan resepsi peringatan tujuhbelasan baru dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri 1432 H,  tepatnya pada hari Ahad, tanggal 11 September 2011 dibersamakan dengan Halal Bi Halal. Tempatnya tidak berubah, tetap di Jalan Seruni Kota Blitar, didepan Wahibi Hot spot,  dengan terop yang cukup megah. Acara pada malam peringatan itu cukup meriah dan semua warga puas......  Di panggung seluas 4 X 6 meter  terdapat beberapa Acara yang dipandu oleh Juned Wahyudi selaku MC. Sebagai pengisi pra acara  adalah  lomba Tari Mejeng Anak-anak, usai pembukaan dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an, kemudian  Lagu - Lagu Wajib Oleh Ibu-ibu PKK, mengheningkan cipta dipimpin oleh Bapak Camat,  kemudian dilanjutkan dengan  sambutan-sambutan. Sebelum Ceramah Halal bi Halal Oleh Ustad Haji Daiman Azis, acara diselingi dengan Lagu-lagu Qosidah Modern yang dipandu oleh DIANA GROUP pimpinan Ibu Tony Sumartono. Alhamdulillah semuanya berlangsung cukup meriah bahkan aplous dari para hadirin tak tertahankan........, sekali lagi  cukup meriah.
     Selain Warga RW 6, hadir dalam acara tersebut Bapak Lurah Kepanjenkidul, Bapak Camat, dan  Walikota  Blitar Bapak Muhammad Samanhudi Anwar SH.

















Pitulasan tahun 2014
tanggal 24  Agustus 2014 di Garasi RT 2 RW VI
Kelurahan Kepanjenkidul

BAPAK SUGIYANTO KETUA PANITIA SELAGI MEMBERIKAN SAMBUTAN

 ANAK-ANAK WARGA RW VI YANG BARU MEJENG MENUNGGU HADIAH

 BAPAK LURAH KEPANJENKIDUL RUSLI EFENDI BERKENAN MEMBERIKAN HADIAH TUJUHBELASAN
DI PANDU OLEH IBU CHANDRA




penulis naskah dan kolektor:  mBah Sakrip
.

Sabtu, 14 Mei 2011

CANDI PENATARAN nglegok blitar jawa timur

Kemarin lusa pada liburan sekolah kali ini  aku tepatnya tanggal 17 Mei 2011, aku bersama kawan-kawan meluncur ke Candi Penataran Nglegok Blitar, soal kendaraan ...... ngonthel saja. Berangkat dari depan warung wahibi hot spot jam 05.30 sampai di candi penatan sekitar pukul 06.15 pagi.  Jika diawali dari warung hot spot wahibi di jalan seruni 35 kota blitar, candi penataran todak jauh, hanya lebih kurang 12 kilometer dan tidak lelah.
Rutenya dari jalan seruni 35 ke arah utara, jl. kelud, stadion belok kanan dan lantas ke arah utara. Dari PIPP keutara, Makam Bung Karno lurus ke utara, maka sampailah ke Candi Penataran. Setelah jeprat-jepret ambil gambar kembalilah kami ke Wahibi hot spot dengan rute Desa Ringin Anom, Pasar Ngentak, Desa Bangsri, Kelurahan Ngadirejo, Bendo, Stadion Kota Blitar dan selanjutnya Jl. Kelut dan sampailah kami ke wahibi Hot spot di jl seruni 35 kota blitar. Kawan-kawan tidak langsung pulang, ngrumpi dulu sambil ngopi di warung hot spot wahibi.

Besoknya yaitu Jumat tanggal 20 Mei 2011, aku mengikuti Karya Wisata Candi Borobudur yang di selenggarakan oleh SDN Kepanjenkidul 1, Kota Blitar.  Berangkat dari depan SDN malam sabtu sekitar Jam setengah sebelas  Ceritanya kan begini, aku dan teman-temanku janji kumpul di rumahku jl seruni 35, yatu aku sendiri, Duyan dan  ....................... , berangkat dari rumahku jam 20.00 (delapan malam), jalan kaki menuju SDN Kepanjenkidul 1, tidak jauh kok, lebih kurang 300 meter saja, jalan kaki 10 menit sudah sampai. Setibanya di sekolahan teman-teman sudah kumpul di ruangan, disitu dipesan oleh bapak guru bab ini-itu, kesopanan dijalan, sopan dirantau, jaga keselamatan dan lain-lain kemudian kami-kami dipersilahkan menuju Bis yang sudah di persiapkan di depan sekolah. Begitu masuk Bis kegiatannya yaa.... mencari tempat duduk yang nyaman, kebetulan aku sebangku dengan....................., usai menaruh barang bawaan, Tas, dll tak lama kemudian didalam Bis ada acara prosesi pemberangkatan dipimpin oleh Pak ............................,  antara lain acaranya  1. Pembukaan     2. Sambutan Kepala Sekolah     3 Penutup/Do'a.     Yang perlu diperhatikan dalam sambutan Ibu Guru Kepala Sekolah  a.l. : jaga keselamatan dijalan, jaga kesopanan di tanah orang lain, jaga kebersamaan, karena kegiatan tour ini karya wisata supaya diperhatikan segala apa yang kita lihat di seputaran candi borobudur dan di tempat-tempat lain yang disinggahi.
Usai sambutan kemudian dialanjutkan dengan pembacaan doa, dan..... kemudian bis siap diberangkatkan. Nggak taunya  yang namanya bis kok nggak jadi-jadi berangkat, apa ku pikir, nanya punya nanya ternyata masih ada satu teman yang masih belum tiba, yaitu Redo, karena kelambatannya yang semestnya bis sudah berangkat jam 21.00  maka bis baru bisa berangkat jam 22.30, ah............!

Jumat, 06 Mei 2011

DUSUN BESUKI desa sidomekar, kab. jember..........

Doeloe di tahun 1974 - 1982 aku sering-seringlah berkeliling silaturohim ke dusun Besuki desa Sidomekar itu. Sebelumnya dusun besuki tersebut masih menyatu dengan Desa Semboro, Kecamatan Tanggul, Kab Jember. Baru setelah ada pemekaran desa, maka dusun Besuki bergabung dengan Desa Sidomekar dan selanjutnya dusun Besuki menjadi wilayah kerja kerawat-kerawat Desa Sidomekar. Waktu aku sering silaturohim kepada warga Besuki, tampak tanda-tanda kemajuan pada pemikiran warganya sudah terlihat, dengan bukti adanya perubahan diberbagai bidang. Misalnya dibidang pertaniannya sudah dibilang sangat maju, dengan hasil pertanian itu mereka sudah bisa naik haji ke Mekah Al Mukaromah sekeluarga. Ini menunjukkan bahwa warga Dusun Besuki kedepan juga akan bepikir untuk pendidikan anak-cucunya. Aku yakin biarpun warga Besuki "ndesit", tetapi lain waktu akan berpikir seperti orang-orang kota saja. Kesana - kemari naik motor.....keren....!




Se-umpama aku sekarang ke Besuki, aku wis lali karo dalane, dek biyen jik aku sering silaturohim kepada warga Besuki dalane ana ngarepe pak Sarkawi Babinsa Semboro "jeblok", kena kanggo kubangan kebo. Ketimur dikit jalannya makadan gronjalan diuruk karo watu gunung gamping tur ambles jeblok. Umume yen lagi nunggang sepeda onthel, mestine uwonge nunggang sepeda, iki kuwalik; sepedahe nunggangi uwonge











Kita perhatikan foto kolektorku, dialah pak Sarkawi Babinsa Semboro, tampak akrab bersama kawan-kawan, pak Bayan Jamal, Bayan Rabun, Bayan Sarmaji, Ibu Zumrodah, Kampung Asdim  dan Hansip (duduk). Sungkem kagen mBah Kampung Ngadiyo.
                          Rindang dan padat pagar tanaman Jeruk di sawah Besuki

                                        ===:penulis naskah dan kolektor, mBah Sakrip:===

Kamis, 21 April 2011

PANORAMA pantai selatan blitar

Kalau kita meluncur dari Kota Blitar ke arah selatan, dan terus ke selatan Kecamatan Bakung, maka tidak jauh dari kantor kecamatan kira-kira 5 kilo meter ketemulah anda dengan Pantai yang masih perawan, indah dan nyaman untuk beristirahat. Udara sejuk dan panoramanya tidak membosankan. Berkeluarga atau dengan rombongan teman, atau sendirian, yaaa bolehlah.....!


Wahibi hot spot kemarin kan lagi liburan jadi yaaa refreshing lah bersama seluruh keluarga ke pantai itu. Wah..... ternyata indah nian.

Kalau yang satu ini kita bisa istirahat, makan-makan, minum, bercengkerama dan lain-lain. Ada sedikit pohon untuk berteduh menghirup angin sepoi. Asyiiikk..............

Jumat, 15 April 2011

indahnya sebelum MATAHARI TERBIT

        RUMAH tinggal kami untuk bernaung, dikala  masih remaja, tepatnya di padukuhan SEMBORO BABATAN SIDODADI, Jl. Bromo RT VII/39, itu rumah milik Kak IZ Sumaji/Musripah,   sekarang berada dikawasan Desa Sidomekar-Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember. Beliau ini cucu dari mBah Haji Mansur, Desa Umbulrejo, Kec. Umbulsari, Kab. Jember, dari keturunan Bapak kami Tukiran / Supiyanah.

         Yang tak terbayangkan, jika pagi kami pasti berkumpul. Lho ....apa hanya setiap pagilah kami bersaudara dapat berkumpul secara komplit. Ia, maksudnya cuma pagi saja kami bisa berkumpul didapur untuk masak-masak bikin persiapan "sarapan". Setelah itu......., ya tentunya hengkang ke tempat tugas masing-masing, sekolah, kesawah, keteman-teman dan kemanalah............, menurut kesibukan masing-masing.
          Begini lho kisah lengkapnya, doeloe kan kira-kira tahun 1976-an, keponakan penulis naskah ini,  kedua orang tuanya kan lagi ikutan transmigrasi ke Pulau Sumatra, jadi selanjutnya lantas aku temani mereka-mereka dirumahnya. Jadi....., aku serumah dengan mereka. Dan saat itu keponakan-keponakan semuanya masih sekolah, ada yang di SD, SMP , SMA dan ada yang diperguruan tinggi. Pokoknya asyiklah. Ya semuanya..., semuanya masih sekolah, masih inilah dan  itulah, masih butuh bimbingan, masih butuh informasi macem-macem, masih butuh kelengkapan ini-itu dan sebagainya.
         Jikalau diwaktu sore tiba, belum tentu semuanya bisa berkumpul dirumah, masih ada saja yang belum nampak pulang, cuma sayangnya waktu itu, dikala tahun 1976, belum ada HP, jadi kemana, pulang jam berapa, tidak taulah......! Sebaliknya penulis naskah ini; berada dirumah cuma 9 jam saja, yaitu mulai jam 23 sampai dengan jam 07 pagi, setelah itu ya hengkang dari rumah, sama dengan keponakan-keponakan.Akan tetapi jikalau dilihat tampilan foto-foto dokumen masa lalu, semuanya giat membaca, belajar, dan berusaha. Memang nampaknya adik-adik ini punya moto "sekali belajar, terus belajar, terus belajar dan terus belajar", dan semboyan ini baru bisa dilihat hasilnya sekarang. Betapa gigihnya perjuangan mereka terhadap pendidikan.
          Namun jikalau pagipun tiba, maka nampaklah kesibukan yang sama, tujuannya sama, punya maksud sama, punya keinginan sama, memiliki hati yang sama, yaitu masak-masak. Di pagi itu tampak ada kerjasama yang saling membantu dan melengkapi. Maka penulis katakan bahwa disaat pagi itulah ada waktu yang paling indah sebelum matahari terbit. Namun sayang masak-masak ini tidak merupakan kegiatan rutin tiap pagi, tapi hanya kadang-kadang saja. Makdsudnya jikalau selagi ada yang dimasak dan selagi pingin punya kesibukan yang bersifat hiburan. Jadi kalau makan yang rutin sudah disiapkan dirumah neneknya.
           Ada teman yang memberikan masukan bahwa didiklah sejak dini sebelum terlambat, atau dengan kata lain  berilah siraman nasehat selagi masih berkumpul. Itulah sekelumit goresan pena penulis yang memberikan makna indahnya sebelum matahari terbit.
 
       
             ----:penulis naskah dan kolektor:  mbah sakrip:----